WhatsApp Image 2025 10 01 At 12.22.11

Bukan Sekadar Latihan, Tapi Harapan: PMI dan SLB Budi Nurani Bangun Ketangguhan

KOTA SUKABUMI – Suara Sirine darurat terjadi Gempa Bumi terdengar di halaman Sekolah Luar Biasa (SLB) Budi Nurani, Rabu (1/10/2025). Sontak, para siswa yang mayoritas Disabilitas Netra melakukan upaya penyelamatan teknik Berlindung, berlutut,bertahan dan berdoa selama di dalam ruangan.  Sudah dirasakan aman perlahan bangkit dari tempat duduknya. Mereka diarahkan untuk tetap merunduk, melindungi kepala, lalu berjalan mengikuti panduan suara menuju titik kumpul yang telah ditentukan.

Adegan itu bukanlah situasi sebenarnya, melainkan bagian dari simulasi kesiapsiagaan bencana yang digelar Palang Merah Indonesia (PMI) Kota Sukabumi dalam rangka memperingati Bulan Pengurangan Risiko Bencana (PRB). Namun, bagi para siswa penyandang disabilitas, terutama tunanetra, latihan ini terasa nyata.

“Selama ini kami sering khawatir, bagaimana jika bencana benar-benar datang? Anak-anak mungkin hanya bisa diam, bingung harus ke mana. Tapi dengan latihan ini, mereka jadi tahu apa yang harus dilakukan,” ujar Pupun Tursina, perwakilan dewan guru SLB Budi Nurani dengan nada lega.

Dalam kegiatan tersebut, para siswa diajarkan evakuasi mandiri bagaimana tetap tenang saat gempa, menggunakan tongkat atau alat bantu untuk bergerak, serta mendengarkan aba-aba suara sebagai penunjuk arah. Mereka juga berlatih evakuasi kelompok, bergerak beriringan sambil saling membantu agar dapat keluar bersama menuju lokasi aman.

Bagi sebagian siswa, pengalaman ini terasa baru sekaligus membangkitkan rasa percaya diri. “PMI berupaya agar edukasi kebencanaan bisa diakses semua pihak, termasuk sahabat penyandang disabilitas. Inklusi adalah kunci agar tidak ada kelompok yang tertinggal dalam kesiapsiagaan,” jelas Imran Whardhani, Ketua Bidang Penanggulangan Bencana PMI Kota Sukabumi.

Momen paling haru terjadi ketika beberapa siswa berhasil mencapai titik kumpul dengan panduan suara dan tepuk tangan penyemangat dari guru serta relawan PMI. Meski dengan langkah kecil dan terbatas, keberhasilan itu menjadi simbol besar: bahwa mereka mampu melindungi diri, bahkan dalam keterbatasan.

“Bagi anak-anak, ini bukan sekadar latihan. Ini memberi mereka harapan, rasa aman, dan keberanian baru,” tambah Pupun.

Kegiatan ini menjadi bagian dari kampanye nasional Bulan PRB bertema “Tangguh Rek!”, yang mengedepankan kolaborasi berbagai pihak untuk membangun masyarakat yang inklusif dan siap menghadapi bencana.

Di balik simulasi sederhana itu, tersimpan pesan besar: ketangguhan bukanlah tentang tidak memiliki kelemahan, melainkan tentang kemampuan bangkit dan siap menghadapi apa pun — bersama-sama.

Bukan Sekadar Latihan, Tapi Harapan: PMI dan SLB Budi Nurani Bangun Ketangguhan

KOTA SUKABUMI – Suara Sirine darurat terjadi Gempa Bumi terdengar di halaman Sekolah Luar Biasa (SLB) Budi Nurani, Rabu (1/10/2025). Sontak, para siswa yang mayoritas Disabilitas Netra melakukan upaya penyelamatan teknik Berlindung, berlutut,bertahan dan berdoa selama di dalam ruangan.  Sudah dirasakan aman perlahan bangkit dari tempat duduknya. Mereka diarahkan untuk tetap merunduk, melindungi kepala, lalu berjalan mengikuti panduan suara menuju titik kumpul yang telah ditentukan.

Adegan itu bukanlah situasi sebenarnya, melainkan bagian dari simulasi kesiapsiagaan bencana yang digelar Palang Merah Indonesia (PMI) Kota Sukabumi dalam rangka memperingati Bulan Pengurangan Risiko Bencana (PRB). Namun, bagi para siswa penyandang disabilitas, terutama tunanetra, latihan ini terasa nyata.

“Selama ini kami sering khawatir, bagaimana jika bencana benar-benar datang? Anak-anak mungkin hanya bisa diam, bingung harus ke mana. Tapi dengan latihan ini, mereka jadi tahu apa yang harus dilakukan,” ujar Pupun Tursina, perwakilan dewan guru SLB Budi Nurani dengan nada lega.

Dalam kegiatan tersebut, para siswa diajarkan evakuasi mandiri bagaimana tetap tenang saat gempa, menggunakan tongkat atau alat bantu untuk bergerak, serta mendengarkan aba-aba suara sebagai penunjuk arah. Mereka juga berlatih evakuasi kelompok, bergerak beriringan sambil saling membantu agar dapat keluar bersama menuju lokasi aman.

Bagi sebagian siswa, pengalaman ini terasa baru sekaligus membangkitkan rasa percaya diri. “PMI berupaya agar edukasi kebencanaan bisa diakses semua pihak, termasuk sahabat penyandang disabilitas. Inklusi adalah kunci agar tidak ada kelompok yang tertinggal dalam kesiapsiagaan,” jelas Imran Whardhani, Ketua Bidang Penanggulangan Bencana PMI Kota Sukabumi.

Momen paling haru terjadi ketika beberapa siswa berhasil mencapai titik kumpul dengan panduan suara dan tepuk tangan penyemangat dari guru serta relawan PMI. Meski dengan langkah kecil dan terbatas, keberhasilan itu menjadi simbol besar: bahwa mereka mampu melindungi diri, bahkan dalam keterbatasan.

“Bagi anak-anak, ini bukan sekadar latihan. Ini memberi mereka harapan, rasa aman, dan keberanian baru,” tambah Pupun.

Kegiatan ini menjadi bagian dari kampanye nasional Bulan PRB bertema “Tangguh Rek!”, yang mengedepankan kolaborasi berbagai pihak untuk membangun masyarakat yang inklusif dan siap menghadapi bencana.

Di balik simulasi sederhana itu, tersimpan pesan besar: ketangguhan bukanlah tentang tidak memiliki kelemahan, melainkan tentang kemampuan bangkit dan siap menghadapi apa pun — bersama-sama.

Scroll to Top